BEM IKM FKUI sebagai pelaksana Community Development FKUI telah melaksanakan intervensi tahun pertama dan keduanya pada masyarakat Kawasan Binaan Cikini Ampiun. Intervensi yang dilakukan oleh BEM IKM FKUI mengangkat tema kesehatan lingkungan yang berfokus pada indikator penyakit demam berdarah sesuai dengan Cetak Biru Community Development FKUI 2021-2026.
Secara keseluruhan terdapat lima kegiatan intervensi yang terbagi menjadi empat intervensi mengenai demam berdarah dan satu acara puncak yang menjadi penutup dari seluruh rangkaian kegiatan. Seluruh rangkaian kegiatan Sekolah Hijau ini dirancang untuk anak-anak, remaja, dewasa, hingga ibu-ibu kader setempat. Kegiatan community development ini berjalan sejak bulan September hingga Desember di SDN 01 Pegangsaan, Cikini Ampiun. Tidak hanya membahas demam berdarah, dalam rangkaian kegiatan Sekolah Hijau terdapat juga Rumah Belajar yang mengangkat materi Bahasa Inggris dasar bagi anak-anak Cikini Ampiun yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar bahasa inggris di sekolah.
Seluruh rangkaian Sekolah Hijau dibuka dengan Rumah Belajar yang secara total diselenggarakan sebanyak 3 kali. Kegiatan Rumah Belajar mengajarkan materi bahasa inggris yang kerap digunakan sehari-hari kepada anak-anak, dimulai dari cara memperkenalkan diri, alfabet dalam bahasa inggris, nama-nama makanan dan binatang, panggilan keluarga, anggota tubuh, dan lain sebagainya. Pemaparan materi dilakukan melalui semacam seminar interaktif dengan anak-anak dibagi dalam kelompok kecil sambil ditemani fasilitator. Anak-anak juga diberikan lembar kerja mewarnai, dilengkapi dengan kata-kata bahasa inggris yang diajarkan serta diajak untuk menyanyikan beberapa lagu menggunakan bahasa inggris. Kegiatan Rumah Belajar ini sangat disenangi anak-anak maupun orang tuanya dan diharapkan dapat dilanjutkan kembali.
Gambar 1. Sesi bernyanyi bersama
Gambar 2. Rumah belajar 3
Tidak hanya Rumah Belajar, terdapat juga kegiatan Sekolah Hijau terkait DBD untukĀ anak-anak yang bertujuan untuk mengenalkan DBD serta mengajarkan mengenai cara mencegah DBD dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seluruh materi ini dikemas dalam permainan edukatif berupa twister DBD, PILAH yang mengajarkan tentang pemilahan samlah, serta tebak gaya agar metode pengajaran menjadi lebih interaktif dan anak-anak dapat mengikutinya dengan baik. Antusias anak-anak sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan. Mengetahui bahwa anak-anak setempat senang mewarnai, kami pun memberikan setiap anak sebuah booklet mewarnai yang berisi gambar-gambar serta materi terkait DBD.
Gambar 3. Sesi games acara anak
Salah satu tantangan terbesar kami adalah ketika menyusun kegiatan bagi para remaja. Walaupun sulit di awal, kami kemudian menjadi akrab dengan sebuah komunitas remaja setempat bernama RCAP. Kegiatan untuk remaja dirancang mengikuti trend-trend terkini seperti dengan membuat tiktok serta diikuti dengan games menarik dan workshop aplikatif pembuatan ovitrap agar para remaja tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan. Feedback dari remaja setempat juga sangat positif, dimana sampai saat ini mereka sering menanyakan jika akan diselenggarakan kegiatan lain saat kami berkunjung dan pihak RCAP sempat beberapa kali menawarkan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan bersama kami.
Gambar 4. Sesi workshop pembuatan ovitrap acara remaja
Kegiatan untuk para ibu-ibu pun kami buat se interaktif mungkin dengan tidak melupakan tujuan utama dari diadakannya kegiatan ini. Terdapat dua kegiatan yang dikhususkan bagi para ibu-ibu kawasan binaan, yaitu acara dewasa dan acara ibu kader. Pada acara dewasa, terdapat sesi seminar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pengetahuan dasar DBD serta tanda dan gejala DBD dengan mendatangkan salah satu dokter spesialis penyakit dalam dari departemen ilmu penyakit dalam FKUI-RSCM. Selain seminar, terdapat sesi diskusi dengan narasumber, sesi ini diadakan agar para ibu ibu di kawasan binaan bisa langsung bertanya mengenai kekhawatiran mereka. Acara ibu kader sedikit berbeda dengan acara dewasa, pada acara ibu kader, ibu ibu difokuskan kepada upaya pencegahan dari penyakit DBD. Kegiatan tersebut berupa seminar dan pemantauan jentik secara langsung oleh Departemen Parasitologi FKUI-RSCM.
Gambar 5. Sesi pemantauan jentik oleh dept parasitologi fkui-rscm
Gambar 6. Acara dewasa
Sebagai bentuk apresiasi kami kepada para warga yang telah antusias dalam mengikuti kegiatan Sekolah Hijau serta berbagai kegiatan community development lainnya selama tahun 2023 dengan menyelenggarakan Acara Puncak yang rangkaiannya berisi senam pagi karena sangat diminati warga, sambutan dan ucapan terima kasih, pemberian penghargaan kepada beberapa warga teraktif selama kegiatan Sekolah Hijau, serta penanaman tanaman zodia bersama-sama sebagai salah satu bentuk preventif DBD. Acara ini diikuti oleh seluruh warga, mulai dari anak-anak hingga dewasa dengan antusias yang sangat tinggi.
Gambar 7. Penanaman tanaman
Gambar 8. Acara puncak
Walaupun perancangan seluruh rangkaian kegiatan Sekolah Hijau cukup menantang bagi kami, namun sambutan hangat dan senyuman warga selalu menjadi hadiah berharga yang kerap membangkitkan semangat kami untuk datang ke Cikini Ampiun dan beraktivitas dengan para warga setempat. Kegiatan ini telah memberi banyak pelajaran bagi kami selaku panitia. Kami nantikan berbagai kegiatan yang akan mendatang bersama keluarga kami di Cikini Ampiun <3